Rabu, 17 Juni 2015

Anda Malas? Banyak Yang Lepas

Anget-anget tai ayam. Sebuah ungkapan yang bukan tak mempunyai dasar. Kebanyakan kita sulit sekali berbuat istiqomah alias kontinyu bin terus menerus. Walau hal kecil dan dianggap sepele.
Apresiasi yang luar biasa kuberikan kepada dulur yang bisa istiqomah dalam menjalankan kebaikan yang tak pudar oleh waktu.
Ada seorang kakek yang senantiasa memberikan uang saku ala kadarnya kepada anak-anak yang dijumpainya di depan rumahnya dan si anak tidak diberikan uang saku oleh orang tuanya. Itu dilakukan si kakek sudah puluhan tahun. Padahal kerjaannya juga ala kadarnya. Bukan orang kaya bukan pulan orang yang kecukupan. Namun ketika ada rezeki selalu dilakukan oleh si kakek. Luar biasa.
Ada pula tukang becak yang senantiasa di setiap hari jumat tidak pernah menerima bayaran atas jasa yang diberikannya. Dia bertekat untuk berinfaq  dengan versinya sendiri. Subhanalloh. Padahal sekali lagi, si tukang becak juga bukan orang yang mampu atawa serba ada. Istrinya hanya seorang penjaja gorengan. Luar biasa.
Kisah mbah Sholeh penjaga dan tukang bersih mesjid di Ampeldento, pondok pesantren asuhan Sunan Ampel jaman dulu. Beliau selalu melakukan tugasnya dengan semaksimal mungkin. Tidak akan dibiarkan ada kotoran sedikitpun nempel di masjid. Keberadaannya memang tidak begitu dianggap oleh santri-santri lainnya. Tapi begitu Mbah Sholeh meninggal, baru mereka merasakan keberadaan mbah Sholeh yang luar biasa. Masjidpun tidah sebersih dahulu. Sampah dari dedaunan maupun lumut mulai berani menampakkan diri. Sampai-sampai sang Sunan sendiri merasa kehilangan mbah Sholeh.
Dulur, tatkala kita bisa melaksanakan kebaikan secara istiqomah, pasti hasilnya akan luar biasa. Berat memang. Tapi itu adalah amalan yang disukai. Rosul saja lebih menyukai amalan yang sedikit tapi istiqomah dilakukan. Malas adalah musuh utama. Setiap orang akan mengalami atau dihinggapi rasa malas. Namun orientasi masa depan dan semangat yang kuat bisa menepis si malas. Si malas senantiasa mengikuti kemana kita pergi. Namun benteng yang kuat dari diri kita akan tetap menjadi penghalan si malas mempengaruhi. Benteng bisa kita ciptakan. Kuat atau rapuhnya tergantung seberapa kuat kita membangun dan senantiasa menjaganya.
Ketika kita mulai beraktifitas dan kita lupa akan rencana kebaikan yang kita lakukan, itu sudah menjadi tanda si malas mulai mempengaruhi kita.


Eling lan waspodo sangat perlu untuk kita tetap sadar akan latenisme malas.
Mononggo dulur, tetap semangat dalam berbuat kebaikan, tetap belajar istiqomah, si malas kita buat sebagai selingan yang tidak melenakan. Ketika HP kita cas, tentu ianya istirahat dari dominasi kita. Tapi ketika sudah penuh, siap untuk digunakan semaksimal mungkin.

Demikian dulur, mudah-mudahan bermanfaat. Sampai jumpa di kesempatan lainnya. Monggo..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar